Lima Posisi Guru Dalam Menghadapi Pelanggaran Siswa

Lima Posisi Guru Dalam Menghadapi Pelanggaran Siswa
Kawal Sekolah Aman

Andai tidak ada aturan absensi, tidak ada hukuman, tidak ada nilai, dan tidak ada paksaan, berapa persen (%) siswa yang akan memilih tetap belajar ? Begitu lah pertanyaan dari buku milik Bukik Setiawan Penulis Buku Anak Bukan Kertas Kosong.

Pertanyaan kita adalah, Mengapa Terjadi Kekerasan di Sekolah?, Cara Mengatasi
Kekerasan di Sekolah?, Mencegah Kekerasan di Sekolah?, Bagaimana Menggunakan Media Sosial?...

Kekerasan di lingkungan pendidikan bukan sekedar perkara moralitas, tapi persoalan kegagalan pelaku menemukan solusi yang sehat di tengah relasi kuasa yang tidak simetris, Jebakan penanganan kekerasan di lingkungan pendidikan adalah menghilangkan gejalanya tapi membiarkan sumber terjadinya kekerasan.

"Sudahkah Sekolah Kita Aman, Nyaman dan Menyenangkan?"
Mengatasi Kekerasan di Sekolah
  • Identifikasi dan selesaikan sumber kekerasan, bukan hanya gejalanya
  • Guru dan Guru BK didorong lebih banyak mendengar & memahami
  • Pendampingan intensif pada korban dan korban pelaku serta keluarganya
  • Kembangkan kepercayaan diri korban. Bangun sistem dukungan
  • Ajak korban pelaku merefleksikan kebutuhan, emosi dan tujuan hidupnya
Lima posisi guru dalam menghadapi pelanggaran siswa
1. Penghukum. Menuding "Jika tidak kerjakan tugas, kamu akan di hukum". Siswa jadi memberontak, menyalahkan teman atau berbohong, kesalahan berulang merupakan bentuk perlawanan.
2. Pembuat rasa bersalah menceramahi. "Kamu harus tahu mana yang benar mana yang salah", siswa akan menyembunyikan pelanggaran denial dan berbohong, harga diri siswa rendah, rentan di pengaruhi.
3. Teman baik. Membuat pemakluman, "Kamu terlambat...pasti karena macet ya? jangan diulangi ya, demi bapak dan ibu.  Ketergantungan siswa dengan kehadiran guru.
4. Pengawas, memantau dan mencatat dan mengungkit-ungkit kesalahan siswa. "Kamu sudah tahu aturan nya kan?" siswa menjadi konformis berorientasi pada reward yang di dapatkan.
5. Manajer. Bertanya mencari solusi, "Apa akibatnya? bagaimana kita bisa memperbaiki nya?". Siswa merefleksikan tindakan nya dan mencari solusi. Menjadi pembelajar mandiri.

Referensi tulisan Anak bukan kertas kosong karya Bukik Setiawan

Labels:

Posting Komentar

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget